Kamis, 11 Desember 2014

Kesaksian Panggilan Ibu

BERNARDUS - Kisah ini merupakan penggalan biografi ibu saya dan terjadi sudah cukup lama, yaitu kurun waktu th 1983 - 1986. Namun terlalu sayang utk dipendam hanya dalam lemari ingatan, maka saya pun tergerak untuk menuliskannya dalam milist ini.


Latar Belakang :
Bapa-Ibu saya, tinggal di kampung Grogolan, kota Solo, mempunyai 7 anak : 5 laki-laki (saya merupakan anak ke 4) dan 2 perempuan. Pada tahun 1983 usia ibu saya 53 th sedangkan bapak berusia 62 th. Meski keduanya ber KTP Islam, tapi sebenarnya bukanlah seorang muslim dan lebih condong ke aliran kepercayaan. Pada saat itu, dari ke 7 bersaudara, baru 3 orang yg telah menjadi katolik sedangkan yg lain baru sebatas simpatisan (katolik KTP).

Sekitar tahun 1983, saya mendapat surat dari Ibu (ketika itu saya kuliah di kota Bandung) yg menceritakan kalau beliau telah diajak oleh ibu2 tetangga untuk mengikuti pengajian di kampung kami. Meski belum menjadi katolik, saya merasa kecewa mendengarnya, tapi tidak bisa melarang. Di antara ibu2 peserta pengajian lainnya, rupanya ibu saya termasuk pintar karena lebih cepat dalam menguasai bahasa arab. Setelah berlangsung kira2 7 bulan, ibu sudah bisa membaca kitab Al Qur'an dan diam2 sudah disiapkan untuk menjadi kader.
Namun Tuhan rupanya berkehendak lain.

Titik Balik Pencarian :
Sampai suatu ketika, isi ceramah sang ustad/mentor nya, sangat mengusik nalar dan hati nurani ibu. Di dalam ceramahnya, rupanya sang mentor/ustad telah menyinggung dan melecehkan pribadi Yesus. yang kemudian menjadi bahan tertawaan para muridnya (termasuk anak-anak). Memang sih, ibu jg sudah mengenal Yesus ketika bersekolah di sebuah SMP Kristen, tapi belum menerima secara pribadi. Rupanya momentum itu menjadi titik balik karena sejak saat itu, ibu mogok dan tidak pernah mau lagi mengikuti pengajian. Atas kegalauannya, ibu kemudian melakukan doa dengan cara aliran kepercayaan yg pernah dipelajarinya (semacam meditasi lah)dengan ujud doa khusus, yaitu : 'mohon ditunjukkan jalan yang lurus'.

Jawaban lewat Mimpi :
Setelah ibu menjalani doa permohonan khusus tersebut, pada suatu malam di sekitar tahun 1985, ibu bermimpi. Demikian garis besar mimpinya :

Tiba-tiba ibu merasa berada di salah satu sisi halaman rumah kami, duduk bersimpuh di antara tanaman yg berwarna ke abu2an dan kecoklatan dan suasananya sangat indah dan nyaman (sulit dilukiskan dengan kata2). Ketika tengah keheranan dan menduga-duga dimana sebenarnya berada, tiba2 langit di atas menjadi terang benderang namun tidak menyilaukan, dan ada sesosok figur mengenakan jubah putih berkilauan, sangat besar dengan posisi tangan tertangkup (posisi berdoa), sedangkan di belakangnya terlihat salib yg juga sangat besar. Seketika itu juga ibu terpesona dan tidak bisa berkata apapun (bhs jawa : kami tenggengen). Sayang penglihatan itu berlangsung cepat, dan sosok itupun tidak mengatakan apa2, kemudian menghilang.

Ibu terbangun, kemudian menyadari bahwa sosok yg terlihat dalam mimpi tersebut adalah Yesus. Ibu lantas membangunkan bapak dan menceritakan perihal mimpinya. Kemudian bersepakat dan bertekad mulai saat itu, akan mengikuti Yesus.

Sejak saat itu, bapa dan ibu mengikuti pelajaran sbg katekumen. Di dalam kelas hanya bapa-ibu dan seorang lagi yg berusia lanjut, selebihnya anak-anak. Pada tahun 1986, bapa-ibu diperkenankan untuk mengikuti sakramen baptis, dan tidak perlu mengikuti ujian segala (terima kasih kpd Romo Smith). Setelah bapa-ibu dibaptis, rupanya ada efek domino, krn beberapa lansia di lingkungan kami juga ikut pelajaran dan akhirnya juga dibaptis. Termasuk kami sekeluarga besar (Puji Tuhan...)

Sampai saat ini, bapa (88 th) dan ibu (79 th), setiap minggu masih ke gereja Paroki Purbayan, Solo untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau berkenan melawat dan memanggil kami.
Ibu selalu berharap untuk dapat bermimpi lagi........ 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar