Kamis, 11 Desember 2014

Aku Percaya akan Gereja Katolik (bag.2 HABIS)

Para Kudus

Fakta lain yang menarik adalah keajaiban-keajaiban yang sering terjadi pada jenasah para kudus. Misalnya:

St. Yohanes dari Salib (1542-1591). Pada malam setelah penguburan St. Yohanes dari Salib tampaklah cahaya yang sangat cemerlang selama beberapa menit. Sembilan bulan setelah kematiannya, saat kuburnya dibuka dengan maksud untuk memindahkan tulang-tulangnya, terciumlah
bau harum dan ternyata tubuhnya—walaupun tanpa pengawet—masih utuh, segar, dan tetap lentur (tidak kaku),. Saat salah satu jarinya diamputasi, darah segar mengucur, seperti layaknya orang yang masih hidup. Sembilan bulan kemudian saat kubur dibuka kembali untuk memindahkan jenasah itu, bau harum menyelimuti seluruh ruangan. Dalam perjalanan, bau harum tetap semerbak, walaupun jenasah tersebut sudah dibungkus plastik, sehingga orang-orang yang berjumpa bertanya apa isi plastik itu. Terakhir kubur digali pada tahun 1955 dan didapati bahwa tubuhnya seutuhnya lentur serta tidak kering, walaupun ada sedikit perubahan warna.

St. Bernadet Soubirous (1844-1879). Sudah seratus tahun sejak kematiannya, jenasah St. Bernadet tetap utuh, walaupun tanpa pemakaian balsam atau bahan pengawet.

Tidakkah fakta ini meneguhkan iman kita akan hidup kekal dan mengingatkan kita akan sabda-sabda Yesus? Misalnya:

“[…] Aku pun berkata kepadamu: ‘Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. […]’” (Mat 16:19).

“Akulah roti hidup. […]. Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. […] Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:48.50.54).

Proses pemberian gelar kudus—venerabilis, beata/o, santa/o—(proses beatifikasi, kanonisasi) dalam Gereja Katolik tidaklah mudah. Kadar iman, harapan, kasih, serta kebajikan-kebajikan dari orang yang bersangkutan semasa hidupnya akan dilihat dan ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Salah satu syaratnya adalah harus ada mujizat yang terjadi berkat perantaraan doanya sesudah ia meninggal. Syarat ini tidak mungkin dipenuhi oleh kuasa manusiawi belaka. Tidakkah ini “stempel surgawi”? Suatu pengesahan (peneguhan) ilahi dari surga. Ini juga mengingatkan kita akan “pengesahan/peneguhan” langsung Bapa dari surga akan Yesus, Putra-Nya, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia" (Mat 17:5). St. Paulus mengatakan, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Rm 8:29). Jika orang tersebut benar-benar kudus, tentu setelah meninggal jiwanya masuk surga, bersatu dengan Tuhan, dan tidak di neraka. Dan, tentu Tuhan mengabulkan doanya karena doa orang benar sangat besar kuasanya (bdk. Yak 5:16).

Beberapa Poin Lain

Sakramen-Sakramen Gereja

Sakramen-sakramen sungguh-sungguh merupakan kekayaan Gereja Katolik yang tak terkatakan, dimana kita bisa mengalami Kristus dalam hidup kita secara nyata, efektif, kelihatan. Misalnya:


Sakramen Ekaristi

Sakramen Ekaristi adalah salah satu kekayaan dan rahmat luar biasa yang tak tergantikan bagi seorang katolik karena ia menerima Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Beberapa ayat Kitab Suci tentang ini: Yoh 6:35.55; 1Kor 10:16;11:27-30; dll. Sebenarnya menyambut komuni sekali seumur hidup saja kita tidak layak.


Sakramen Tobat (Sakramen Pengakuan Dosa)

Sakramen Tobat juga merupakan kekayaan dan rahmat luar biasa dimana seorang katolik mengakukan dosanya dan menerima pengampunan Tuhan secara begitu nyata dan eksplisit. Tidak jarang orang Katolik mengabaikan rahmat dan kesempatan istimewa ini dengan berbagai dalih: “Buat apa mengaku dosa ke romo. Cukup mengaku dosa langsung ke Tuhan”, “Ah, romonya juga manusia … penuh dosa”, dll. Tanpa sadar orang-orang demikian menganggap dirinya lebih pintar dan lebih bijaksana daripada Tuhan Yesus sendiri. Kenapa? Karena, Yesus sendirilah yang mengatakan kepada para rasul, "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada"” (Yoh 20:22-23).


Maria, Bunda Allah

“Posisi” Bunda Maria yang istimewa dalam Gereja Katolik juga merupakan rahmat yang tidak kecil bagi seorang Katolik. Bunda Maria yang adalah Bunda Tuhan juga ditentukan Tuhan sendiri untuk menjadi Bunda kita juga:

Melalui mulut Elisabet, Roh Kudus mengajar kita untuk menyebut Maria sebagai “Ibu Tuhan” dan untuk menyadari kerendahan kita di hadapan Maria.

“[…] ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? (Luk 1:41-43)

Di atas kayu salib, Yesus pun menyatakan relasi ini: “[…] berkatalah Ia kepada ibu-Nya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: ‘Inilah ibumu!’ “ (Yoh 19:26-27). Yohanes, satu-satunya rasul yang ada di situ, merupakan wakil dari murid-murid Kristus lainnya. Bukanlah hal kecil untuk memiliki Ibu Tuhan yang begitu suci menjadi ibu kita sendiri!

Oleh : Sr. Maria Andrea P.Karm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar